Selasa, 10 April 2012

RAHASIA DI BALIK URUTAN TINGGIJARI

Dari sebegitu jelasnya nama Allah yang telah
tercetak di JARI TANGAN itu, mungkin masih
banyak dari orang kafir yang tetap saja
menyanggahnya. Tabiat orang kafir. Mereka tidak
akan percaya sedikit pun sebelum munculnya
para Malaikat Allah yang akan menarik mereka ke
dalam api besar sebagai balasan.
Kita lupakan orang kafir. Lebih baik kita disini
membahas mengenai sesuatu rahasia di balik
penciptaan jari-jemari manusia yang mengapa
urutan tinggi nya berbeda-beda.
*********************
Apa makna di balik urutan tinggi jari tangan?
Tidak mudah juga untuk menjawab ini. Mungkin
jawaban umumnya adalah hal itu diciptakan agar
manusia senantiasa mudah menggenggam atau
mencengkeram sesuatu didalam aktivitasnya.
Namun jika saya boleh membaca atas petunjuk
Alquran, maka saya simpulkan bahwa rahasia
dibalik tinggi jari yang berbeda-beda itu adalah
merupakan TANDA perjalanan kehidupan
manusia itu sendiri.
Mari kita segera telusuri.
1. Jari kelingking. (Zaman Adam)
Mengapa saya simpulkan bahwa jari kelingking
adalah zaman Adam?
Kita harus pahami bahwa bahasa Alquran dibaca
dengan cara dimulai dari kanan ke kiri. Dan nama
Allah yang tercetak di jari kita pun, huruf Alif nya
adalah jari kelingking.
Dari itulah saya simbolkan bahwa Jari Kelingking
adalah zaman Adam. Karena memang Adam lah
Manusia Pertama.
2. Jari Manis. (Zaman Idris)
Lihatlah gambar dibawah. Mengapa setelah
Kelingking, terdapat Jari Manis yang ukurannya
lebih tinggi dari Jari Kelingking itu?
Itu mengartikan bahwa kehidupan yang di jalani
oleh masyarakat manusia di zaman Idris sungguh
memiliki peradaban yang lebih tinggi di banding
ketika zaman Adam. Alias semakin berkembang.
Tidak heran juga mengapa sosok Budha yang
tergambar duduk di tengah BUNGA TERATAI
adalah melambangkan bahwa TERNYATA
masyarakat manusia pada zaman itu sudah
mampu melakukan perjalanan sampai ke Planet
terujung, yakni planet Sidratul Muntaha. (TERATAI
tempat berhenti). Dan Budha adalah orang yang
memang di duga sosok Nabi Idris. Dan beliau
sendiri menjadi simbol Miraj bagi kaumnya pada
zaman itu.
Surat 50/36 :
"Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah
Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu
lebih besar kekuatannya daripada mereka ini,
maka mereka (yang telah binasa itu) telah pernah
menjelajah di berbagai negeri..."
Lebih lanjut, berbagai penemuan puluhan benda
kuno namun canggih yang oleh ilmuwan disebut
sebagai bukti kehebatan dari cerdasnya
masyarakat zaman dahulu itu secara tidak
langsung menggenapi analisa ini.
3. Jari Tengah (Zaman Nuh).
Mengapa Jari Tengah ukurannya lebih tinggi dari
2 jari sebelumnya, Jari Manis dan Jari Kelingking?
Itu menandakan bahwa kehidupan masyarakat
manusia di zaman Nuh adalah zaman Puncak
peradaban. Di mana segala sendi kehidupan
manusia pada zaman itu telah sampai pada titik
tertingginya. Namun sungguh teramat sayang
ketika kemajuan peradaban tidak membawa pada
arah ketakwaan, akhirnya Allah menghukum
mereka -masyarakat Zaman Nuh- dengan
mengirimkan bencana Banjir Dahsyat. Dari
situlah akhirnya orang-orang kafir dibinasakan
sementara manusia yang selamat (Nuh beserta
umatnya) berkembang biak kembali dan
peradaban pun di mulai dari titik 0 lagi.
Dan Jari Tengah (Zaman Nuh) pun akhirnya
menjadi BATAS TOLAK UKUR antara 2 episode
perjalanan kehidupan manusia. Umat sebelum
Zaman Nuh dan Umat sesudah Zaman Nuh.
4. Jari Telunjuk (Zaman Ibrahim).
Mengapa Jari Telunjuk ukurannya malah menjadi
lebih rendah (turun) dibanding Jari tengah?
"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar
termasuk golongan Nuh"
Kelebihan Zaman Ibrahim adalah Allah
menjadikan sosok nabi Ibrahim ini sebagai
"Bapaknya" para nabi. Dari sini beliau dijadikan
figur ajaran Tauhid bagi orang-orang yang
mencari kebenaran. Sebab beliau merupakan
orang Paling Pemberani yang pernah ada dalam
menyebarkan ajaran paham satu Tuhan.
Dari sebab itulah kenapa Telunjuk saya
simbolkan dengan zaman Ibrahim, karena Jari
Telunjuk memang merupakan simbol untuk
penyebutan angka 1.
Surat 6/161 :
"Katakanlah : "sesungguhnya aku telah ditunjuki
oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus (yaitu)
agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus....."
Kembali ke pertanyaan mengapa ukuran Jari
Telunjuk malah lebih rendah dari Jari tengah, itu
sangat jelas mensinyalkan bahwa apa yang ada
pada zaman nabi Ibrahim (mulai dari ukuran
tubuh manusia, ukuran kepintaran manusia,
ukuran kemakmuran manusia) semuanya menjadi
menyusut di perkecil oleh Allah dibanding
dengan kala manusia pada waktu sebelum zaman
nabi Nuh. Dan yang paling sangat tampak adalah
ukuran tubuh manusia yang dari masa ke masa
terus mengalami penurunan. Hingga akhirnya
perjalanan waktu tersebut berlaku dari zaman ke
zaman menuju sampai pada zaman Muhammad
(Jari Jempol). Zaman sisa-sisa.
5. Jari Jempol (Zaman Muhammad).
Surat 16/123 :
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad) : "Ikutilah agama Ibrahim..."
Surat 36/2-4 :
"Demi Alquran yang penuh hikmah"
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) salah
seorang rasul-rasul"
"Di atas jalan yang lurus".
Jari Jempol (Zaman Muhammad) adalah jari yang
paling pendek dari ke empat jari sebelumnya.
Mengisyaratkan bahwa apa yang ada pada zaman
ini merupakan zaman sisa-sisa kehidupan. Segala
keberhasilan kita dalam bidang teknologi yang
kita banggakan, tetap tidak akan pernah sanggup
untuk melampaui apa yang pernah di capai oleh
umat sebelumnya.
Dari itulah Alquran sering kali menegaskan jika
umat sebelum kita yang segala sesuatunya lebih
tinggi (lebih hebat) saja mampu dibinasakan,
apalagi zaman kita !!! Zaman pengulangan !!!
Surat 56/62 :
"Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui
penciptaan pertama, maka mengapakah kamu
tidak mengambil pelajaran?"
Namun disamping itu semua janganlah berkecil
hati, sebab di balik rendahnya "derajat" zaman ini
(zaman penghabisan) Allah tetap Maha Penyayang
terhadap mahluk bernama manusia. Lihatlah
betapa akhirnya Dia menurunkan Alquran melalui
Muhammad sebagai kitab Ummul Ilmu (Ibu
Ilmu). Sejalan dengan istilah pada Jari Jempol itu
(Ibu Jari).
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al
Furqaan (Alquran) kepada hambaNya, agar dia
menjadi peringatan bagi seluruh alam."
(QS. Al Furqaan : 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar