Senin, 23 April 2012

Misteri Aksi Geng Motor MulaiTerungkap

Misteri Aksi Geng Motor Mulai Terungkap –
Misteri aksi geng motor yang terjadi di Ibukota
mulai terungkap. Pangdam Jaya, Mayor
Jenderal TNI Waris, mengaku dipanggil
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Cikeas
guna membicarakan masalah geng motor itu
secara khusus.
“Saya dan Kapolda dipanggil Presiden ke
Cikeas,” ujar Mayjen Waris, Kamis 19 April
2012. Selang sehari sesudahnya, Jumat 20
April 2012, secara mengejutkan ia mengakui
ada 4 anggota TNI yang ditangkap karena
diduga terlibat serangkaian aksi brutal geng
motor di Jakarta.
Waris mengatakan, dalam perbincangan
dengan Presiden SBY terungkap ada petinggi
TNI senior, bahkan lebih senior dari Pangdam
Jaya, yang berada di belakang aksi geng motor
terakhir yang terjadi di minimarket 7-Eleven,
Salemba Raya, Jakarta Pusat, 13 April 2012
dini hari.
“Saya bilang ke Presiden, mohon maaf saya
belum mampu memenuhi keinginan senior saya
yang ekstrim,” ujar Mayjen Waris. Mendengar
hal itu, menurutnya, Presiden bertanya siapa
senior yang ia maksud itu. “Saya jawab
lantang: si A, atasan yang memimpin aksi
geng motor,” kata Mayjen Waris.
Sayangnya ia menolak untuk menjelaskan
siapa oknum TNI berinisial A yang ia tuding
membekingi aksi geng motor di 7-Eleven.
Mayjen Waris hanya menegaskan, sebagai
Pangdam Jaya dia merupakan kepanjangan
tangan Panglima TNI yang bertanggung jawab
penuh menjaga keamanan di wilayahnya.
Selain itu, sebagai Ketua Garnisun Tetap I/
Jakarta, dia juga sudah menegaskan kepada
semua angkatan TNI untuk tidak berbuat onar
dan menggangu keamanan Jakarta. “Sudah
saya sampaikan ke angkatannya (angkatan
“A”) untuk tidak coba-coba mengacau. Jika
ada pemimpin yang mendukung penyerangan
geng motor itu, maka dia tidak pantas disebut
senior,” ujar Mayjen Waris.
Waris mengaku ucapannya sudah dia pikirkan
matang-matang. Dia bahkan siap dicopot dari
jabatannya demi kebenaran yang ia
sampaikan. “Kalau saya dipecat, saya juga
tetap bisa hidup. Saya orang desa, biasa hidup
susah,” kata dia.
Polisi Militer sejauh ini telah menangkap 4
anggota TNI dari satuan Artileri Pertahanan
Udara (Arhanud) 6 Tanjung Priok atas tuduhan
terlibat penyerangan tanggal 13 April 2012.
Waris menjelaskan, keempat prajurit TNI itu
hanya ikut-ikutan.
Dia pun mengatakan sudah melakukan
koordinasi internal terkait kasus tersebut.
Semua anggota TNI yang terlibat aksi
pengeroyokan sudah dilaporkan ke
komandannya masing-masing, dan mereka
akan dijatuhi sanksi. “Sanksinya yakni sanksi
administrasi berupa penundaan kenaikan
pangkat,” ujarnya.
Kepala Penerangan Kodam Jaya, Kolonel
Infantri Andrian Ponto, membenarkan ucapan
Waris. Menurutnya, motif keempat anggota
TNI dari satuan Arhanud yang ditangkap
karena terlibat aksi geng motor, lebih karena
rasa solidaritas kepada rekan-rekan mereka.
"Tapi mereka tidak ikut menyerang," tegasnya
dalam konferensi pers di Markas Kodam Jaya,
Cililitan, Jakarta Timur, Jumat sore 20 April
2012.
Terkait aksi geng motor itu, kata dia, seluruh
intel di Jakarta telah dikumpulkan untuk
menyelidiki kemungkinan keterlibatan anggota
mereka masing-masing.
Kronologi Aksi
Jumat, 13 April 2012 dini hari, gerombolan
bermotor yang berjumlah 200 orang datang
dari arah Matraman sambil menenteng senjata
tajam. Sejumlah warga bahkan melihat
beberapa dari mereka mengacung-acungkan
senjata api.
Menurut salah seorang warga bernama Joko
yang tinggal di kawasan Jalan Raya Pramuka,
gerombolan geng motor itu terdiri dari orang
berambut cepak. Mereka datang dan langsung
merusak setiap motor yang terparkir di pinggir
jalan. Mereka juga memukuli orang yang
sedang duduk-duduk di dekat mereka.
Saat itu, sekitar pukul 03.00 dini hari, Nendi
Haryanto dan Anggi Darmawan yang sedang
bersama teman-teman mereka berkendara
motor melintasi Jalan Pramuka. Tiba-tiba
belasan orang tak dikenal yang juga
menggunakan motor memepet mereka dan
langsung memukuli mereka. Para penyerang itu
membawa balok kayu dan senjata tajam.
Nendi hanya ingat kebanyakan dari penyerang
memakai pakaian serba hitam. Selain dipukuli,
Nendi juga kehilangan motor Jupiter MX B
6303 SNI miliknya, juga sejumlah barang
seperti helm, ponsel, dan dompet. Ia tak
banyak mengingat kejadian itu karena pingsan
ketika dipukuli.
Beruntung Nendi selamat. Tidak demikian
dengan temannya, Anggi. Ia tewas karena luka
tusuk dan pendarahan di beberapa bagian
tubuhnya.
Setengah jam sebelum menyerang Nendi dan
Anggi, gerombolan motor itu juga melakukan
perusakan dan penyerangan kepada pengujung
minimarket 7-Eleven di Jalan Salemba Raya,
Jakarta Pusat. Kasat Reskrim Jakarta Pusat,
Ajun Komisaris Besar Hengki Haryadi,
mengatakan, puluhan orang itu masuk ke areal
minimarket dan langsung menyerang
pengunjung yang sedang duduk di tempat itu.
Sementara itu, seorang karyawan 7-Eleven
yang tidak bersedia disebut identitasnya
menjelaskan, geng motor itu datang
bergerombol dan langsung masuk ke halaman
parkir minimarket. Mereka kemudian merusak
meja, bangku, serta kaca pintu minimarket.
Pengunjung sontak panik. Ada yang berlari ke
jalan dan ada yang masuk ke dalam toko.
“Gerombolan itu turun dengan membawa
samurai dan balok. Mereka langsung masuk
dan mengacak-acak toko,” kata karyawan 7-
Eleven itu.
Dalam kejadian itu, Roby (20), warga Paseban
Barat, mengalami luka sobek di telapak
tangan akibat sabetan senjata tajam.
Sementara Ade Pirmanto (30), warga Rawa
Selatan, Johar Baru, mengalami luka di bagian
kepala kanan. Selain melukai pengunjung, geng
motor itu juga merusak dua unit motor.
Mereka juga menjarah dua telepon genggam
BlackBerry dan Samsung Android.
Kepolisian Daerah Metro Jaya bahkan
mendapat laporan, kelompok orang tak
dikenal itu sudah mengamuk dan melakukan
perusakan di sejumlah kawasan di Jakarta
Utara, sejak pukul 01.30 WIB.
Lokasi pertama yang menjadi sasaran adalah
sekitar kantor PT DOK Bayu Bahari, Jalan
Industri Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka
melukai ZaenaL Arifin (32), warga Koja, dan
Heri Susanto (33), warga Bogor. Mobil Toyota
Rush B 72 RM juga ikut dirusak.
Sekitar pukul 01.40 WIB, kelompok ini
kemudian melintasi kantor Polsek Tanjung
Priok, Jakarta Utara. Sebagian dari mereka
kembali bertindak anarkis dengan melempari
kantor polisi dengan batu. Hanya berselang
lima menit, mereka mengamuk di kawasan
Pasar Warakas dan mencederai warga
bernama Nachrowi (17).
Sekitar pukul 01.50 WIB, sejumlah orang yang
sedang duduk-duduk di depan toko bingkai
Jalan Warakas Raya, juga ikut merasakan
kebrutalan gerombolan ini. Ramdani (20)
mengalami luka akibat dikeroyok. Selanjutnya
pada pukul 02.00 WIB, gerombolan ini
merusak Pos Volker, dan melukai Tohirman
Widodo (25).
Setelah masuk ke kawasan Jakarta Utara,
kelompok ini kemudian bergerak ke kawasan
Jakarta Pusat, dan menyerang orang di sekitar
Jalan Raya Pramuka dan minimarket 7-Eleven,
Salemba. Gerombolan motor yang melakukan
perusakan di 8 titik di kawasan Jakarta Utara
dan Jakarta Pusat tersebut menggunakan
tanda pita berwana kuning di lengan baju
sebelah kiri mereka.
Balas Dendam?
Polisi menduga kejadian penyerangan itu ada
kaitannya dengan kematian anggota TNI
Angkatan Laut, Kelasi Satu (KLS) Arifin, oleh
anggota geng motor (lainnya) di kawasan
Pademangan, Jakarta Utara, pada 31 Maret
2012.
Teman KLS Arifin, yakni KLS Albert Tabra,
menjelaskan kasus pengeroyokan Arifin oleh
geng motor di kawasan Pademangan, Jakarta
Utara, 31 Maret itu. Menurut penjelasan Albert
kepada polisi, awalnya Albert dan Arifin
berboncengan menggunakan sepeda motor dari
tempat kontrakan Arifin di Jalan Garuda,
Senen, Jakarta Pusat, menuju tempat tinggal
Albert di wilayah Jakarta Utara sekitar pukul
02.30 WIB.
Arifin yang mengemudikan sepeda motor
melintasi jalan dan melihat ada kelompok
pemuda mengerumuni seorang sopir truk di
sekitar lokasi kejadian. “Karena tergerak
hatinya, Kelasi Arifin melerai dan menanyakan
penyebabnya. Tapi malah ada yang
tersinggung, kemudian terjadi cekcok mulut
dan akhirnya terjadi perkelahian,” kata Kepala
Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris
Besar Rikwanto.
Dalam perkelahian sekitar pukul 03.30 WIB
itu, Arifin sempat mengeluarkan senjata tajam
sejenis sangkur untuk membela diri, namun
kelompok pemuda itu mengeroyoknya dengan
brutal sehingga Arifin tewas.
Ketika Arifin dikeroyok, Kelasi Albert
meninggalkan lokasi kejadian. Ia melarikan
diri dari lokasi keributan dan dan melaporkan
peristiwa pengeroyokan Arifin itu ke markas
kesatuan POM AL. Selanjutnya, Albert bersama
anggota POM AL melapor ke polsek terdekat,
serta menuju lokasi kejadian bersama tiga
orang petugas polsek.
Saat itu, Arifin ditemukan dengan luka parah
di lokasi kejadian. Setelah sempat menjalani
perawatan di RSCM, Arifin akhirnya meninggal
dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar