Kamis, 22 Maret 2012

Jawaban jika ditanya,kalau Syi’ah sesatmengapa bolehmasuk tanah suci?

Salah
satu yang mengemuka di saat
mendiskusikan kesesatan Syi’ah
adalah adanya lontaran pertanyaan,
kalau Syiah sesat, mengapa boleh
masuk tanah suci? Kabarnya, yang
melontarkan pertanyaan itu kali
pertama adalah dedengkot Syi’ah,
Jalaludin Rahmat, juga ulama Syi’ah
yang menyusup ke tubuh MUI, Umar
Shihab, dan kini dilontarkan kembali
oleh para pengikut dan penganut
aliran sesat Syi’ah. Berikut jawaban
yang “pantas” diberikan, yang dikutip
dari blog abisyakir.wordpress.com.
Semoga bermanfaat!
Mengapa kaum Syiah masih
boleh masuk ke Tanah Suci, baik
Makkah Al Mukarramah maupun
Madinah Al Munawwarah?
Mari kita jawab pertanyaan ini:
PERTAMA, sebaik-baik jawaban ialah
Wallahu a’lam. Hanya Allah yang
Tahu sebenar-benar alasan di balik
kebijakan Pemerintah Saudi
memberikan tempat bagi kaum Syiah
untuk ziarah ke Makkah dan
Madinah.
KEDUA, dalam sekte Syiah terdapat
banyak golongan-golongan. Di antara
mereka ada yang lebih dekat ke
golongan Ahlus Sunnah (yaitu Syiah
Zaidiyyah), ada yang moderat
kesesatannya, dan ada yang ekstrim
(seperti Imamiyyah dan Ismailiyyah).
Terhadap kaum Syiah ekstrim ini,
rata-rata para ulama tidak mengakui
keislaman mereka. Nah, dalam
praktiknya, tidak mudah
membedakan kelompok-kelompok
tadi.
KETIGA, usia sekte Syiah sudah
sangat tua. Hampir setua usia sejarah
Islam itu sendiri. Tentu cara
menghadapi sekte seperti ini berbeda
dengan cara menghadapi
Ahmadiyyah, aliran Lia Eden, dll.
yang termasuk sekte-sekte baru.
Bahkan Syiah sudah mempunyai
sejarah sendiri, sebelum kekuasaan
negeri Saudi dikuasai Dinasti Saud
yang berpaham Salafiyyah. Jauh-jauh
hari sebelum Dinasti Ibnu Saud
berdiri, kaum Syiah sudah masuk
Makkah-Madinah. Ibnu Hajar Al
Haitsami penyusun kitab As Shawaiq
Al Muhriqah, beliau menulis kitab itu
dalam rangka memperingatkan
bahaya sekte Syiah yang di masanya
banyak muncul di Kota Makkah.
Padahal kitab ini termasuk kitab
turats klasik, sudah ada jauh sebelum
era Dinasti Saud.
KEEMPAT, kalau melihat identitas
kaum Syiah yang datang ke Makkah
atau Madinah, ya rata-rata tertulis
“agama Islam”. Negara Iran saja
mengklaim sebagai Jumhuriyyah Al
Islamiyyah (Republik Islam). Revolusi
mereka disebut Revolusi Islam (Al
Tsaurah Al Islamiyyah). Data seperti
ini tentu sangat menyulitkan untuk
memastikan jenis sekte mereka. Lha
wong, semuanya disebut “Islam” atau
“Muslim”.
KELIMA, kebanyakan kaum Syiah
yang datang ke Makkah atau
Madinah, mereka orang awam.
Artinya, kesyiahan mereka umumnya
hanya ikut-ikutan, karena tradisi,
atau karena desakan lingkungan.
Orang seperti ini berbeda dengan
tokoh-tokoh Syiah ekstrem yang
memang sudah dianggap murtad
dari jalan Islam. Tanda kalau mereka
orang awam yaitu kemauan mereka
untuk datang ke Tanah Suci Makkah-
Madinah itu sendiri. Kalau mereka
Syiah ekstrim, tak akan mau datang
ke Tanah Suci Ahlus Sunnah. Mereka
sudah punya “tanah suci” sendiri
yaitu: Karbala’, Najaf, dan Qum.
Perlakuan terhadap kaum Syiah
awam tentu harus berbeda dengan
perlakuan kepada kalangan ekstrim
mereka.
KEENAM, orang-orang Syiah yang
datang ke Tanah Suci Makkah-
Madinah sangat diharapkan akan
mengambil banyak-banyak pelajaran
dari kehidupan kaum Muslimin di
Makkah-Madinah. Bila mereka
tertarik, terkesan, atau bahkan
terpikat; mudah-mudahan mau
bertaubat dari agamanya, dan
kembali ke jalan lurus, agama Islam
Ahlus Sunnah.
KETUJUH, hadirnya ribuan kaum
Syiah di Tanah Suci Makkah-Madinah,
hal tersebut adalah BUKTI BESAR
betapa ajaran Islam (Ahlus Sunnah)
sesuai dengan fitrah manusia.
Meskipun para ulama dan kaum
penyesat Syiah sudah bekerja keras
sejak ribuan tahun lalu, untuk
membuat-buat agama baru yang
berbeda dengan ajaran Islam Ahlus
Sunnah; tetap saja fitrah mereka
tidak bisa dipungkiri, bahwa hati-hati
mereka terikat dengan Tanah Suci
kaum Muslimin (Makkah-Madinah),
bukan Karbala, Najaf, dan Qum.
KEDELAPAN, kaum Syiah di
negerinya sangat biasa memuja
kubur, menyembah kubur, tawaf
mengelilingi kuburan, meminta
tolong kepada ahli kubur, berkorban
untuk penghuni kubur, dll. Kalau
mereka datang ke Makkah-Madinah,
maka praktik “ibadah kubur” itu tidak
ada disana. Harapannya, mereka bisa
belajar untuk meninggalkan ibadah
kubur, kalau nanti mereka sudah
kembali ke negerinya. Insya Allah.
KESEMBILAN, pertanyaan di atas
sebenarnya lebih layak diajukan ke
kaum Syiah sendiri, bukan ke Ahlus
Sunnah. Mestinya kaum Syiah jangan
bertanya, “Mengapa orang Syiah
masih boleh ke Makkah-Madinah?”
Mestinya pertanyaan ini diubah dan
diajukan ke diri mereka sendiri,
“Kalau Anda benar-benar Syiah,
mengapa masih datang ke Makkah
dan Madinah? Bukankah Anda sudah
mempunyai ‘kota suci’ sendiri?”
Demikian sebagian jawaban yang bisa
diberikan. Semoga bermanfaat.
Pesan spesial dari saya, kalau nanti
Prof. Dr. Umar Shihab, atau Prof. Dr.
Quraish Shihab (dua tokoh ini
saudara kandung, kakak-beradik;
bersaudara juga dengan Alwi Shihab,
Mantan Menlu di era Abdurrahman
Wahid), beralasan dengan alasan
tersebut di atas; mohon ada yang
meluruskannya. Supaya beliau tidak
banyak membuang-buang kalam,
tanpa guna.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar